Membaca Kembali Semangat Uwais Al Qorni
Pagi ini, ada banyak orang yang tengah sibuk mengucapkan selamat hari ibu. Berbagai platform sosial media dipenuhi konten hari ibu, event-event online dan offline pun, banyak di adakan.
Hari Ibu diperingati sejatinya bukan hanya tentang membuat konten sebagus atau poster sekreatif mungkin. Tapi, sesungguhnya mesti terpraktkkan dalam kebaktian yang bersifat continue, bukan hanya sibuk pada euforia saja.
Agaknya, membaca kembali kisah Uwais Al Qorni di hari Ibu sangat penting, seorang pemuda yang di kagumi Baginda Nabi. Seorang pemuda yang tidak terkenal di bumi, namun namanya amat terkenal di langit, di antara mulianya Para Malaikat.
Uwais al-Qarani adalah seorang tabiin (lahir 594 M dan M/ 37 H) yang hidup pada zaman Nabi Muhammad tapi tidak sempat bertemu Nabi. Berasal dari suatu daerah di kawasan perbatasan di Yaman.
Artikel ini tidak akan bercerita bagaimana kehidupan anak muda miskin itu yang detail seperti sikapnya terhadap Rasulullah dan Sahabat. Saya akan mengulas secara ringkas tentang bagaimana anak muda itu mencintai Ibu-nya setulus hati.
Uwais Al Qorni adalah seorang anak yang berusaha memenuhi keinginan Ibunya. Usia sang Ibu yang tak lagi muda itu, tiba-tiba menginkan Haji ke Makkah. Apa yang di lakukan Uwais? Saat Ibu meminta haji, sementara ekonomi sangatlah susah.
Ia kemudian membeli seekor lembu dan membuat kandang di puncak bukit. Kita mungkin heran, “apa hubungannya lembu, kandang di bukit dan ibadah haji?”
Ternyata yang ia lakukan adalah, menggendong lembu itu dari rumah menuju puncak bukit setiap hari, ia lakukan itu secara terus menerus, hingga sampai berat lembu itu 100 kilogram tepat di bulan haji. Di luar dugaan, Uwais Al Qorni melakukan itu merupakan latihan otot, agar kuat menggendong Ibunya.
Tibalah saatnya, jarak ke Makkah dengan tempat tinggalnya Uwais di daerah perbatasan Yaman tidaklah dekat. Tapi, karena kecintaan terhadap Ibu, Uwais menggendong Ibunya untuk menunaikan haji.
Saat Ibadah itu di lakukan, Uwais al Qarni dengan tetap menggendong ibunya wukuf di Arafah dan Tawaf di Kakbah. Di depan Kakbah air mata sang Ibu itu tumpah-ruwah. Uwais pun berdoa, “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu.”
Refleksi ini agaknya penting, mengingat banyak hal kecil yang kita lupakan dan ternyata beberapa kali menyakiti hati Ibu. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa saat meninggal yang mengurusi jenazah bukanlah manusia, melainkan malaikat.
Selamat Hari Ibu, Semoga kita adalah bagian yang memuliakannya.