Aku PSK, Bolehkah Aku Menyembah Tuhan?
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
sasint/pixabay.com

Seorang teman di pinggir jalan melambaikan tangan sedang menunggu pelanggan, tidak salah perempuan itu adalah penjaga warung yang tidak biasa di jalanan seperti itu. Beberapa teman yang lain mengabarkan bahwa ia sudah menjadi seorang PSK. Beberapa hari setelah malam itu, saya menemuinya dan menanyakan perihal: kenapa ia tak bekerja di warung saja seperti sedia kala.

Ekspresi yang bercampur di wajahnya terlihat jelas. Sedih, malu, namun di saat yang bersamaan ia menyesal. Ternyata sudah sebulan lamanya ia diceraikan suaminya, sementara itu anaknya butuh susu, makan, dan sebagaimana biasa harus tetap sekolah. Sang suami tak lagi menafkahi, keluarga sangat jauh rantau, biaya hidup di kota sangat mahal, dan dengan terpaksa wanita ini “mangkal” di pinggir jalan, menawarkan tubuhnya kepada banyak pria, sekali lagi ini karena ekonomi.

Apa yang pertama kali terlintas di pikiran Anda tentang PSK, beberapa orang menyebutnya dengan pelacur? Hina, bodoh, mata duitan atau kotor dan pantas dibunuh?

Di sebuah gang-gang kecil, perempuan “malam” itu terlahir. Ada yang lahir mempunyai bapak, ada yang tidak tahu siapa bapaknya, beberapa di antara perempuan itu ada pula bahkan yang 4 keturunan di atasnya juga merupakan Pekerja Seks semua. Ekonomi tak kunjung membaik, akses pendidikan yang sangat susah sedari kecil berkeringat, banting tulang membantu orang tua, guna melanjutkan hidup. Ketergantungan pada muncikari menjadi awal lingkaran setan ini muncul, sehingga berapa pun pemasukan, ekonomi juga tetap susah.

Jika ahli agama sering berkata bahwa pendidikan agama sangat menentukan akhlak seseorang, dengan terpaksa saya harus menanyakan kembali kapan terakhir kali para dai tersebut mengajarkan pendidikan agama kepada para perempuan ini?

Sebaliknya, wanita-wanita ini justru sering di hakimi neraka oleh banyak agamawan lewat mimbar dakwahnya. Sementara di saat yang bersamaan para pekerja seks komersial ini memandang mulia agamawan ini. Saat ke Rumah Ibadah, PSK ini di pandang sinis. Ketika pakai jilbab, dibilang sok alim. Belum lagi kalau ikut belajar dalam majelis ilmu, orang-orang menjauh, sesekali mata kata kebencian mengarah kepadanya.

Anda yang sedang membaca ini mungkin beruntung, terlahir dari keluarga yang baik dengan ekonomi yang baik pula. Tapi, bagaimana jika terlahir di keluarga dan lingkungan seperti wanita-wanita tadi? jika PSK itu bisa memilih, mungkin ia akan berpikir ingin seperti para pembaca sekalian, hidup di dalam rumah yang nyaman, keturunan mulia, di sekolahkan hingga ke tingkatan tertinggi. Bukankah kita semua sepakat bahwa tidak seorang pun di dunia ini yang bisa memilih dari mana ia dilahirkan.

Saya mengajak Anda kembali merenung sejenak, apa yang akan kita lakukan jika tak seberuntung saat ini? terlahir dari rahim PSK, hidup di lingkungan PSK, jauh dari didikan agama, Bagaimana? Saya bisa memastikan, bahwa tidak hanya PSK, tapi seluruh pendosa itu tahu bahwa apa yang mereka lakukan itu salah.    Saat menjumpai orang-orang seperti itu, jawabannya sama, bahwa ingin sekali berubah dan keluar dari dunianya saat ini. Sebab, Betapa pun gelapnya sesuatu, cahaya itu selalu ada. Sejahat apa pun manusia, Fitrahnya tetaplah condong kepada kebaikan dan kebenaran.

Pandangan masyarakat yang cenderung membenci mereka, penghakiman, dan tak menerimanya justru membuat mereka akan susah keluar dari dunianya tadi. Jika orang-orang baik selalu berkumpul dengan orang baik, siapa lagi yang akan menunjukkan mereka jalan bercahaya kepada mereka?

Beberapa dari mereka bahkan ingin sekali cepat mati, sebab tak lagi mendapatkan tempat di masyarakat, hidupnya dipenuhi kebencian, sehingga kalaupun mati, menurutnya puas dengan sumpah serapah manusia.

Sehina itukah mereka? Masih bolehkah mereka menyembah Tuhannya?

Beberapa di antara mereka diam-diam mengambil wudu, mencari kesunyian, di tempat yang sepi ia berusaha juga menyembah Tuhan. Dalam hatinya, ia selalu bergumam bahwa Tuhan tak hanya milik mereka yang duduk di rumah Ibadah, bukan pula hanya di miliki mereka yang berpindah dari mimbar ke mimbar.

”Tuhan juga milik kami” katanya. Kami berhak menyembahnya. Bukan karena ketakutan pada neraka, bukan pula karena ingin kaya, atau juga mungkin karena ada doa yang ingin dikabulkan. Tapi, karena Tuhan itu memang layak dan pantas disembah.

Dalam sujudnya, wanita itu bermunajat, “Duhai Tuhan, Kalau pun izinkanlah aku sekali saja ke rumah-Mu, kalaupun tidak tetap izinkanlah aku  menyembah-Mu, sekalipun kehancuran dimana-mana. Siapa pun Anda yang sedang membaca ini, tetaplah mengasihi siapa pun tanpa memandang status sosial, urusan hukum-menghukum, biarlah tetap menjadi urusan Tuhan.

PSK, tetaplah hamba Tuhan.

Dalam Al Quran terdapat sebuah ayat yang sangat menarik, ayat itu termaktub dalam Q.S At Tin ayat 8: “A Laisallahu Bi Ahkamil Hakimiin?” (Bukankah Allah Hakim Yang Maha Adil?)

Ayat tersebut seakan memberikan teguran kepada mereka yang kerap kali meragukan Tuhan dan juga sering mengambil posisi Tuhan dalam menghakimi, toh bukankah urusan penghakiman itu merupakan hak prerogatif Tuhan. Anda boleh saja mengajukan pertanyaan: Bagaimana kita menyikapi sesuatu yang salah?

Saat PSK di hujat, sesekali di saat yang bersamaan cobalah merenung kapan terakhir kali berbicara dengan mereka , mendengarkan cerita dan pendapatnya. Bagian terpenting dari ulasan ini adalah mengajak kita semua untuk merangkul bukan memukul, membina bukan menghina, melihat manusia dengan kacamata manusia.

Tuan dan Puan, Tuhan bukan milik kalian saja. Firmannya: Dan milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap di sanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Maha luas, Maha Mengetahui.  (Al Baqarah 115)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami

Sibiren.com lahir dari jalanan, rahim kandung peradaban, tanpa beraffiliasi ke organisasi manapun, Kami berkomitmen menjaga independensi dalam setiap gerakan.

Merawat budaya, Menghidupkan tradisi ilmiah dan Mengutamakan kemanusiaan adalah kunci utama dalam membangun jembatan menuju Peradaban Indonesia yang Futurusitik. Inilah jalan kami ikhtiarkan.  Inilah jembatan kecil yang kami sebut Care For Humanity, Hone Intellectuality, Strengthen Spirituality

Sibiren.com dengan semangat ingin menyuguhkan ide yang beragam dalam Indonesia kita. Solidaritas, Intelektualitas dan Spiritualitas adalah 3 hal utama yang menjadi fokus kita untuk di perkuat di Bumi Nusantara sebagai Ikhtiar menuju Bangsa yang memiliki Peradaban Maju.