MEDIA CETAK MAJALAH PADA ERA GLOBALISASI
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

foto: wallpaperbetter.com

Media cetak merupakan salah satu saluran komunikasi yang bisa dibilang cukup efektif dalam penyampaian informasi. Menurut indonews.com tahun 2018, karya jurnalistik berbentuk cetak adalah yang tertua di dunia. Media cetak pertama di dunia adalah yang dituliskan diatas papan bernama Acta diurna, pertama kali muncul pada 131 SM pada masa Republik Romawi. Media cetak memiliki berbagai bentuk, contohnya berupa koran, majalah, tabloid, dan lain-lain.

Sejarah media modern berawal dari buku cetak. Meskipun pada awalnya upaya pencetakan buku hanyalah merupakan upaya penggunaan alat teknik untuk memproduksi teks yang sama atau hampir sama. Lambat laun perkembangan buku cetak mengalami perubahan dalam segi isi – semakin bersifat sekular dan praktis. Kemudian semakin banyak pula karya populer, khususnya dalam wujud brosur dan pamflet politik dan agama yang ditulis dalam bahasa daerah, yang ikut berperan dalam proses transformasi abad pertengahan. Jadi, pada masa terjadinya revolusi dalam masyarakat buku pun ikut memainkan peran yang tidak dapat dipisahkan dari proses revolusi itu sendiri.

Hampir dua ratus tahun setelah ditemukannya percetakan barulah apa yang sekarang ini kita kenal sebagai surat kabar prototif dapat dibedakan dengan surat edaran, pamflet, dan buku berita akhir abad keenam belas dan abad ketujuh belas. Dalam kenyataannya terbukti bahwa suratlah yang merupakan bentuk awal dari surat kabar, bukannya lembaran yang berbentuk buku. Surat edaran diedarkan melalui pelayanan pos yang belum sempurna dan berperan terutama untuk menyebarluaskan berita menyangkut peristiwa yang ada hubungannya dengan perdagangan internasional. Jadi, munculnya surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan dilingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh: wujud yang tetap; bersifat komersial (dijual secara bebas); bertujuan banyak (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiiburan, dan desas-desus); bersifat umum dan terbuka

Media cetak seperti surat kabar dan majalah memiliki kadar inovasi yang lebih tinggi daripada buku cetak penemuan bentuk karya tulis, sosial dan budaya yang baru, meskipun pada masa itu pandangan yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar, jika dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai–nilai), dan kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru, yakni kebutuhan para usahawan kota dan orang profesional. Kualitas kebaruannya bukan terletak pada unsur teknologi atau cara distribusinya, melainkan pada fungsinya yang tepat bagi kelas sosial tertentu yang berada dalam iklim kehidupan yang berubah dan suasana yang secara sosial dan politis lebih bersifat permisif (terbuka).

Sejarah perkembangan surat kabar serta majalah selanjutnya dapat dipaparkan sebagai serangkaian perjuangan, kemajuan dan pengulangan, yang mengarah ke iklim kebebasan, atau bisa juga dilihat sebagai kelanjutan dari sejarah kemajuan ekonomi dan teknologi. Unsur-unsur penting dalam sejarah pers yang mempengaruhi batasan surat kabar dan majalah modern akan disajikan pada paragraf -paragraf selanjutnya. Memang sejarah perkembangan pers setiap bangsa tidak mungkin dipaparkan dalam satu pemaparan ringkas. Oleh karena itu, patut dicatat bahwa unsur – unsur penting tersebut, yang sering kali berbaur dan berinteraksi satu sama lain, merupakan faktor penentu dalam perkembangan institusi pers. Tentu saja dengan kadar pengaruh yang berbeda – beda.

Penemu pertama Media Cetak adalah Johannes Gutenberg pada tahun 1455 terutama di Negara Eropa. Perkembangan awal terlihat dari penggunaan daun atau tanah liat sebagai medium, bentuk media sampai percetakan. Gutenberg mulai mencetak Bible melalui teknologi cetak yang telah ditemukannya. Teknologi mesin cetak Gutenberg mendorong juga peningkatan produksi buku menjadi hitungan yang tidak sedikit. Teknologi percetakan sendiri menciptakan momentum yang justru menjadikan teknologi ini semakin mendorong dirinya untuk berkembang lebih jauh.

Perkembangan awal media cetak adalah dimana perkembangan teknologi yang belum berkembang, yaitu media cetak dibuat memakai mesin tik untuk membuat suatu iklan produk sedangkan gambar-gambar atau animasi yang memperbagus iklan produk itu dibuat secara manual dengan menggunakan pena. Dimana jika menggunakan mesin tik, jika terdapat satu huruf saaja yang salah maka harus mengulang lagi dari awal. Itu bisa melatih ketelitian para jurnalis yang akan membuat media cetak agar lebih berhati-hati. Nah berbagai tanda perkembangan media cetak yaitu melek huruf. Memang melek huruf adalah kondisi yang dipunyai oleh kaum kelas atas atau elite. Bahasa yang berkembang pun hanya beberapa bahasa pokok, misalnya bahasa latin. Perkembangan pendidikan pada abad 14 juga mendorong perkembangan orang yang melek huruf. Perkembangan media cetak sekarang yaitu didukungnya perkembangan teknologi yang sudah berkembang, dimana semakin berpindah tahun semakin bagus teknologinya, sehingga dapat memudahkan orang untuk membuat suatu iklan yang lebih kreatif dan atraktif.

Menurut saya, media cetak memiliki kelebihan dibanding media elektronik. Kelebihannya media cetak dibandingkan media elektronik terletak pada “daya tahan” informasi. Dari berbagai jenis media massa, media cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain yaitu majalah. Majalah yang hasil cetakannya bagus dan permanen. Dan juga bisa di simpan jika sewaktu-waktu pembaca ingin lagi membacanya hingga ia mengerti isi amanat atau pesan yang ada pada majalah tersebut. Jika dibandingkan dengan Koran, majalah lebih kreatif dan menarik untuk menarik minat pembaca. Koran yang hanya di ketik dengan kertas,lalu di cetak dan juga menurut saya koran bahannya lebih mudah rusak, mudah sobek.
Majalah mempunyai kelebihan lebih khusus lagi bila dibandingkan dengan media cetak lain. Informasi yang disampaikan majalah lebih lengkap dibanding radio dan televisi. Dengan halaman yang cukup banyak, apalagi kini banyak yang terbit dengan hingga berbanyak puluhan halaman atau lebih, informasi tentang suatu peristiwa dapat diberitakan secara mendalam, dari berbagai sisi, sedangkan radio dan televisi butuh jam tayang khusus guna melakukan hal itu.

Penulis: Nur Lely Zumrotin Sant

Daftar Rujukan
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jrnalistik, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia 2008), cet pertama, h. 22.
William L. Rivers, Theodore Peterson, and Jay W. Jensen, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Edisi Kedua , h. 193.
https://www.kompasiana.com/savirarmd/5d22030a0d82300f874d95d2/di-era-digital-saat-ini-bagaimana-eksistensi-media-cetak?page=all
https://www.kompasiana.com/shasanurbayity/5f8088318ede4841ea411212/perkembangan-media-cetak#
Gumelar, G dan Maulana, H. 2013. Psikologi Komunikasi Dan Persuasi. Jakarta: Akademia Permata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami

Sibiren.com lahir dari jalanan, rahim kandung peradaban, tanpa beraffiliasi ke organisasi manapun, Kami berkomitmen menjaga independensi dalam setiap gerakan.

Merawat budaya, Menghidupkan tradisi ilmiah dan Mengutamakan kemanusiaan adalah kunci utama dalam membangun jembatan menuju Peradaban Indonesia yang Futurusitik. Inilah jalan kami ikhtiarkan.  Inilah jembatan kecil yang kami sebut Care For Humanity, Hone Intellectuality, Strengthen Spirituality

Sibiren.com dengan semangat ingin menyuguhkan ide yang beragam dalam Indonesia kita. Solidaritas, Intelektualitas dan Spiritualitas adalah 3 hal utama yang menjadi fokus kita untuk di perkuat di Bumi Nusantara sebagai Ikhtiar menuju Bangsa yang memiliki Peradaban Maju.