Meneropong Pendidikan Pasca Pandemi
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

Meneropong Pendidikan Pasca Pandemi

sasint/pixabay.com

Semenjak awal kemunculannya, Pandemi Covid-19 telah berhasil memorak-porandakan setiap lini kehidupan umat manusia, tanpa terkecuali sektor pendidikan. Sistem pendidikan kita tentu tidak di persiapkan sedari awal untuk tahan banting terhadap virus,

“siapa memangnya manusia tangguh nan sakti yang bisa memprediksi bahwa 2019 akan muncul virus dan menghancurkan tatanan pendidikan kita.” Kalau ada, mungkin saja kita akan selangkah lebih maju dibandingkan negara lain saat pandemi melanda. Sekali lagi, tentu itu tak ubahnya seperti mimpi di siang bolong.

Berbagai model pendidikan telah diluncurkan guna melancarkan pembelajaran di tengah pandemi, tidak hanya itu, semua platform di gunakan semaksimal mungkin. Kita telah menjadi saksi sejarah bagaimana tertatih-tatihnya pendidikan kita selama hampir dua puluh dua bulan.

Kabar baiknya adalah kita bisa melewati semuanya, meski mengalami serangkaian kesusahan. Masih segar dalam ingatan kita saat banyak peserta didik yang protes bahkan mengadakan unjuk rasa ketika kesusahan membeli kuota internet yang kemudian sampai hari ini pemerintah memberikan subsidi kuota internet kepada pelajar atau misalnya sejuta cerita tentang anak-anak yang kesulitan memperoleh jaringan internet yang kemudian banyak organisasi, komunitas, rumah ibadah yang memberikan akses Wifi gratis.

Inilah potret bangsa kita, di tengah bermunculannya kritik dan sikap pesimisme, akan selalu ada cahaya di tengah kegelapan itu.

Kini, agaknya kita sudah bisa tersenyum lebar saat melihat anak-anak dengan semangat duduk di kelasnya kembali, begitu pula para remaja di sekolah menengah yang sudah menikmati pembelajaran tatap muka, tak ketinggalan mahasiswa pun di beberapa perguruan tinggi pum sudah melaksanakan perkuliahan secara luring.

Kendati demikian, sebelum di praktikkan seratus persen, pendidikan pasca pandemi akan jauh lebih baik jika dipersiapkan jauh-jauh hari, hal seperti ini tidak ubahnya seperti seorang pelaut yang meneropong jauh ke depan, guna mempersiapkan bekal semaksimal mungkin.

Pada Maret 2019, Programme for International Student Assessment (PISA) yang fokus melakukan riset internasional terhadap pendidikan di berbagai negara mengeluarkan hasil surveinya yang memotret sekelumit pendidikan Indonesia, di mana wajah pendidikan kita masih sangat jauh untuk memberikan kabar gembira jika di bandingkan negara lain. Bagaimana tidak, hasil survei itu menempatkan Indonesia di posisi ke-74 dari 79 negara dalam kategori membaca, sains dan matematika.[1]

Saat PISA masih diisi oleh 41 negara, pada tahun 2000, Indonesia berada di urutan ke-39 untuk kemampuan literasi dan matematika, sedangkan untuk sains kita berada di posisi ke-38. Pada tahun 2003, kemampuan literasi peserta didik kita sempat mengalami kenaikan yaitu di urutan ke-29, sementara dalam matematika dan sains kita tetap berada di peringkat 38.

Lewat data yang diterbitkan OECD ini dari periode survei 2009-2015, kita bisa membaca betapa Indonesia masih saja selalu berada di urutan 10 terbawah. Dari ketiga kategori kompetensi, skor Indonesia selalu berada di bawah rata-rata.[2] Dalam riset sistem pendidikan terbaik di dunia 2020 ini, Indonesia menduduki posisi ke-70 dari total 93 negara yang diurutkan.[3]

Kenyataan bahwa pendidikan kita masih terkebelakang dibandingkan negara lain tentu adalah sesuatu yang tidak terbantahkan, problem ini tentu tidak terlepas dari terpisahnya kita oleh banyak pulau sehingga pemerataan pendidikan amat susah di lakukan, serangkaian masalah tadi di bertambah saat pandemi menyerang sektor pendidikan, seperti kata pepatah “sudah jatuh, di timpa tangga pula”

Akan tetapi, pandemi yang semula memberikan ketakutan kepada kita tentang kemunduran ternyata tidak seburuk itu. Penulis menyepakati kalau pandemi memanglah merusak banyak tatanan pendidikan, akan tetapi percaya atau tidak, pandemi juga memberikan keuntungan yang banyak terhadap pendidikan kita. Seperti percepatan laju teknologi yang memberikan dampak positif semakin berkurangnya “gaptek” tidak hanya di kalangan praktisi pendidikan, tapi juga masyarakat umum.

Tidak hanya itu, pandemi yang memaksa setiap peserta didik belajar dari rumah membuat konsep pendidikan keluarga itu terasa sangat nyata, belum lagi materi belajar yang sangat mudah di dokumentasikan, dan yang paling menguntungkan adalah kita bisa mengakses berbagai macam ilmu dari orang-orang hebat dari berbagai penjuru dunia dari rumah, tak jarang webinar bertaraf nasional dan internasional itu dapat di akses secara gratis.

Lalu, pertanyaannya adalah “Pendidikan Pasca Pandemi Bisa Apa? Apakah Pembelajaran Tatap Muka Tidak Memberikan Kemajuan yang Berarti Bagi Pendidikan?”

Saat pandemi melanda, setiap negara memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan. Tinggal yang siapa yang paling adaptif dengan teknologi, maka ialah pemenangnya. Era digital yang melaju pesat, tidak boleh di anggap remeh. Inilah sesungguhnya kesempatan emas bagi negeri ini untuk memajukan pendidikannya.

Futuristik Education kiranya adalah jawaban dalam konteks ini. Semua lembaga semestinya bergandengan tangan dalam menyusun sistem pendidikan yang berbasis masa depan, sudah saatnya pendidikan menyiapkan secara serius sistem pendidikan yang memang tidak akan ketinggalan di era globalisasi. E-Learning dalam pendidikan harus terus digaungkan, meskipun pembelajaran jarak jauh akan segera di tinggalkan.  Sebab, ia tidak hanya memberikan pengaruh besar terhadap pendidikan, tapi bahkan menentukan manusia seperti apa yang akan di lahirkan pendidikan kita.

Maka, Blended learning adalah masa depan pendidikan kita pasca pandemi. Blended Learning dalam pendidikan tinggi diartikan untuk pertama kalinya dalam arti sesungguhnya sebagai sistem pembelajaran dalam Handbook of Blended Learning (Bonk & Graham, 2006: 5-6) sebagai “yang menggabungkan pengajaran tatap muka dengan instruksi yang dimediasi komputer “.

Sementara itu, saat pendidikan telah melakukan adaptasi dengan kemajuan teknologi, setiap anak mendapatkan akses pendidikan dari mana saja, bisa mengikuti pembelajaran dari ilmuwan-ilmuwan hebat dari jarak jauh. Lalu, “cukupkah itu untuk menyiapkan generasi pasca pandemi?”

Semakin mudahnya mengakses berbagai informasi di tengah majunya teknologi, maka semakin susah pula kita mencari manusia yang mengerti tentang makna hidup, penulis percaya akan ada masa di mana manusia merasa jenuh dengan keadaan zaman saat banyaknya profesi telah di gantikan robot atau mesin. Hal yang paling menakutkan adalah ketika budaya asing yang justru menjadi pionir di Nusantara menggantikan budaya dan tradisi lokal. Maka, pendidikan karakter adalah salah satu solusi.

Pendidikan Karakter (character education) merupakan pendidikan yang memiliki pendekatan terhadap penguatan terhadap karakter atau sikap individu. Sebagai warga negara Indonesia, karakter terbaik yang patut kita banggakan tentu adalah karakter Pancasila. Sikap tanggung jawab, disiplin, toleransi serta kesadaran moral tentang kemanusiaan, persatuan, dan keadilan. Selama pandemi non formal education sangat berkembang pesat, seperti: pendidikan keluarga dan gerakan sosial.

Kalau saja kita terlena dengan pertemuan tatap mukanya dengan mengabaikan pemaksimalan teknologi, maka kita mungkin saja kita akan menyaksikan kembali kemunduran pendidikan kita. Begitu pula sebaliknya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami

Sibiren.com lahir dari jalanan, rahim kandung peradaban, tanpa beraffiliasi ke organisasi manapun, Kami berkomitmen menjaga independensi dalam setiap gerakan.

Merawat budaya, Menghidupkan tradisi ilmiah dan Mengutamakan kemanusiaan adalah kunci utama dalam membangun jembatan menuju Peradaban Indonesia yang Futurusitik. Inilah jalan kami ikhtiarkan.  Inilah jembatan kecil yang kami sebut Care For Humanity, Hone Intellectuality, Strengthen Spirituality

Sibiren.com dengan semangat ingin menyuguhkan ide yang beragam dalam Indonesia kita. Solidaritas, Intelektualitas dan Spiritualitas adalah 3 hal utama yang menjadi fokus kita untuk di perkuat di Bumi Nusantara sebagai Ikhtiar menuju Bangsa yang memiliki Peradaban Maju.