Kenapa Pendidikan Indonesia Belum Maju?
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp

5 Alasan Utama Pendidikan Indonesia Ga Maju

Urutan Indonesia dalam segi pendidikan masih sangat mengecewakan. Sudah bukan hal yang mencengangkan lagi kalau Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang diterbitkan pada Maret 2019 lalu meneropong sekelumit masalah pendidikan Indonesia. Dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, skor Indonesia sangat tergolong rendah. Bayangkan dari 79 negara, kita berada di urutan ke 74.

Berbicara masalah pendidikan Indonesia tentu amat kompleks. Apalagi jika tak mengategorikan antara perguruan tinggi, sekolah menengah, hingga sekolah dasar. Saya mengajak kawan-kawan berselancar sejenak untuk melihat sekelumit masalah pendidikan Indonesia, setidaknya ada 5 masalah utama pendidikan kita dalam kacamata saya.

  1. Tidak Punya Visi Yang Terarah

Kalau kita membuka undang-undang mengenai pendidikan, mungkin saja kita akan menemukan berbagai macam visi, misi, tujuan hingga bermacam “tetek bengek”  soal pendidikan. Kemendikbudristek sendiri pun punya visi pendidikan nasional.

Tapi, yang saya maksud di sini adalah kita tidak punya semacam “goal” yang jelas. Dalam bahasa sederhana kita tak mengerti mau di bawa ke mana pendidikan kita. Pendidikan kita hari ini seakan seperti kapal di tengah lautan yang tetap berlayar, tapi tak punya tujuan yang jelas.

Sebelum berbicara soal sistem, semestinya kita harus punya arah mau dibawa ke mana pendidikan nasional 10 tahun, 20 tahun ke depan. Sebagai contoh misalnya, pendidikan kita harus merumuskan setidaknya di tahun 2030, anak-anak Indonesia sudah bisa “begini.” Sementara di tahun 2040, sudah bisa “begitu.” Sehingga saat satu goal sudah tercapai, kita bisa meningkatkan ke arah berikutnya.

Jika ini ter-aplikasikan, semua pelaku pendidikan hingga tingkat bawah akan mengerti apa yang akan ia lakukan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

  1. Kurikulum Yang Sudah Usang

Zaman berkembang sangat pesat. Dulu mungkin orang sibuk mencari cara bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan. Tapi, hari ini orang lebih banyak berbicara soal bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan.

Disrupsi yang terus bergulir, tidak hanya membuat kita sibuk menyiapkan generasi yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Namun, di saat yang bersamaan pendidikan juga harus mampu membentuk karakter manusia yang sesuai budaya timur.

Meski merdeka belajar dan kampus merdeka terus digulirkan. Namun, Lihatlah beberapa hal mendasar yang bisa kita sorot dari kurikulum kita: (1) Mata pelajaran yang terlalu banyak, ini menyebabkan siswa tak mampu menguasai satu bidang keilmuan dengan baik. 2) Metode pembelajaran yang lebih fokus pada menghafal bukan memahami. 3) Kurang praktik. 4) Mendewakan nilai, akibatnya anak-anak lebih mencari cara agar nilai bagus dengan cara apa pun, tapi lupa untuk menjadi cerdas. Meski  pun kita akan bisa berdebat lagi kegunaan nilai yang menjadi tolak ukur proses belajar.

Ada banyak sekali yang menjadi masalah dalam kurikulum kita, setidaknya ke empat poin tadi adalah hal yang mendasar.

  1. Rendahnya Minat Baca

Anak-anak Indonesia sedari kecil tidak di ajari bagaimana menumbuhkan minat baca secara intens. Bahkan fakta yang paling menyedihkan juga adalah bahwa kaum akademik sekalipun, sangat sedikit yang mau menulis. Sebuah fakta yang menjadi ironi kita bersama.

Saat bertanya kepada seorang teman beberapa waktu yang lalu, kapan terakhir kali membaca. Ada bahkan yang menjawab satu tahun yang lalu.

Bagaimana mungkin kita mampu merumuskan sistem yang sehat literasi, jika kaum akademik saja enggan untuk membaca dan menulis. Sebuah pepatah klasik kiranya cocok dengan keadaan ini; Ayah kencing berdiri, anaknya akan kencing berlari.

 

  1. Kekurangan Kualitas dan Kuantitas Pendidik

Anak yang baik dan cerdas tentu tidak lepas dari hasil didikan guru. Tapi juga diingat, anak-anak yang bertolak belakang dengan itu juga tidak boleh dilepaskan dari pengaruh guru. Indonesia tak hanya membutuhkan kualitas guru, tapi juga kekurangan guru secara kuantitas.

Tentu permasalahan ini bukan tanpa sebab. Salah satu yang menjadi sumber penyebabnya adalah di mana guru di Indonesia tidak mendapatkan tempat yang baik dalam segi penghargaan. Gajinya pun tidak terlalu besar, apalagi guru honorer.

Itulah kenapa sarjana-sarjana pendidikan saat lulus banyak yang tidak menjadi guru, dikarenakan di tempat lain rasanya ada profesi yang lebih menjamin untuk bertahan hidup.

 

  1. Infrastruktur yang Belum Merata

Saya sering menyebut dalam berbagai diskusi sebuah istilah begini: bahwa apa yang didapatkan anak di Jawa tidak sama seperti apa yang di dapatkan oleh anak-anak di timur sana. Pembangunan yang kurang merata dalam segi pendidikan ini berdampak banyak bagi berlangsungnya proses pendidikan.

Tak jarang kita lihat bahwa ada sekolah yang masih terbuat dari papan, atapnya bocor, belum lagi kita berbicara soal perpustakaan, laboratorium, dst. tidak meratanya pembangunan ini menyebabkan terlambatnya satu langkah teman-teman kita di pelosok dalam pendidikan.

5 hal di atas merupakan sekelumit masalah nyata pendidikan kita. Ada banyak sekali tentu masalah lain, tapi setidaknya 5 masalah di atas adalah permasalahan mendasar yang harus kita pikirkan bersama.

Masukan dan kritik tentu boleh saja kita layangkan. Namun kita juga bisa bergerak, mengubah lingkungan sekitar, minimal ruang kelas, lewat hal-hal kecil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami

Sibiren.com lahir dari jalanan, rahim kandung peradaban, tanpa beraffiliasi ke organisasi manapun, Kami berkomitmen menjaga independensi dalam setiap gerakan.

Merawat budaya, Menghidupkan tradisi ilmiah dan Mengutamakan kemanusiaan adalah kunci utama dalam membangun jembatan menuju Peradaban Indonesia yang Futurusitik. Inilah jalan kami ikhtiarkan.  Inilah jembatan kecil yang kami sebut Care For Humanity, Hone Intellectuality, Strengthen Spirituality

Sibiren.com dengan semangat ingin menyuguhkan ide yang beragam dalam Indonesia kita. Solidaritas, Intelektualitas dan Spiritualitas adalah 3 hal utama yang menjadi fokus kita untuk di perkuat di Bumi Nusantara sebagai Ikhtiar menuju Bangsa yang memiliki Peradaban Maju.