MANUSIA, BUKAN HANYA TENTANG SIKAPNYA
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
(Sumber: Suara Pemerintah.id)

Oleh: Moch. Yusuf
“Orang menganggap (pekerjaan) kita tidak jujur, tidak masalah. Tapi, lakukan pekerjaan ini dengan kejujuran. Kejujuran penuh!”. kata-kata yang terlihat bijaksana. Mungkin sangat cocok untuk menjadi caption feed atau instastory Instagram. Memang itulah kebiasaan kita yang suka mencomot pernyataan dalam buku atau film. Buruknya, pernyataan itu sekadar hiasan buku catatan atau meramaikan sosial media kita saja. Tidak sampai diinterpretasikan dalam kehidupan. Dan bahkan selama ini kita menyadarinya. Namun, dalam tulisan kali ini, kita tidak fokus membahas bagaimana mengatasi problem tersebut. Kita akan kesampingkan terlebih dahulu untuk mencoba mengurai pernyataan diatas.

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi banyak hal-hal yang kita lalui. Setidaknya, jika disimpulkan apa yang kita perbuat pasti dipengaruhi oleh dua hal. Yakni perbuatan yang kita lakukan atas keinginan diri sendiri dan perbuatan karena tuntutan orang lain. Akan tetapi, dua faktor tersebut masih bisa di kerucutkan lagi menjadi satu. Yaitu faktor lingkungan. Karena meskipun tindakan kita itu atas keingin kita sendiri, pasti tidak terlepas dengan faktor lingkungan. Contoh, Anda punya cita-cita ingin menjadi pebisnis.

Demikian itu merupakan pilihan Anda dan tidak ada orang yang berhak memaksakannya. Akan tetapi, pasti ada sesuatu yang memengaruhi Anda mengapa Anda bercita-cita menjadi pebisnis?
Seperti yang dicita-citakan oleh Gangga, pemeran utama dalam film “Gangubai Kathiawadi” atau tokoh dalam buku Mafia Queens Of Mumbai. Wanita itu berharap dirinya menjadi bintang film. Sebab, ia ingin menjadi aktor yang bersanding dengan Dev Anand. Akan tetapi, semua impian itu sirna. Kenyataannya ia hanya menjadi korban penipuan dan dijual oleh kekasihnya sendiri, Ramnik. Akhirnya ia menjadi seorang PSK (pekerja seks komersial) dan terasingkan dari keluarganya.

Pada awalnya ia sangat terpukul dengan kondisi yang seperti itu. Ia sangat menyesali atas keinginannya menjadi artis dan pergi tanpa restu dari orang tuanya. Namun, semuanya itu berubah ketika mendapat kesan dari klien pertamanya. Wanita itu telah mendapatkan kesan yang berbeda. Klien itu mengubah namanya menjadi Ganggu dan mengatakan padanya bahwa suatu saat ia akan menguasai kota Kamathipura. Semenjak itulah ia mengambil keputusan dan meyakinkan dirinya bahwa ia bisa merubah jalan hidupnya. Ganggu memilih untuk berjuang bagaimana caranya dapat memerintah Kamathipura dan mengangkat martabat wanita.

Penyataan diatas adalah kata-kata yang keluar dari bibir manis seorang pelacur, Ganggu. Ucapan itu merupakan salah satu dari tiga pesan yang ia sampaikan ketika sukses merebut kekuasaan menjadi orang nomor satu di Kamathipura. Ia menjadi pengayom bagi teman-temanya. Menyuarakan suara-suara yang selama ini tidak didengar. Membela hak-hak pelacur yang selama ini tidak dianggap keberadaannya layaknya manusia. Memperjuangkan anak-anak pelacur yang tidak mendapatkan hak pendidikan.

Baca juga: Belajar Hidup dari Gerhana

Pelajaran yang menarik bagi saya dari perjalanan Ganggu adalah manusia itu tidak sepenuhnya dinilai dari sikapnya. Kita diajarkan untuk tidak memandang seseorang dari sikap atau profesinya, tetapi cara berpikirnya. Karena menurut Dr. Ibrahim elfiky, sikap itu bukanlah satu-satunya yang bisa menggambarkan hakikat manusia sebagai makhluk sempurna. Sikap merupakan seuatu yang diprogram oleh dunia luar. Sehingga tidak jarang kita menyikapi persoalan yang kita hadapi tanpa pertimbangan logis.

Secara tidak langsung, ketika menyampaikan pesan diatas, ratu mafia tersebut sadar bahwa pelacuran adalah hina, profesi yang tidak jujur. Meskipun demikian, betapapun buruknya, ia tetap berfikir harus menjalaninya dengan penuh kejujuran. Mungkin selama ini benar tentang statemen al-insan hayawanun natiqun yang kerap diartikan manusia adalah hewan yang berpikir. sehingga kita tahu, selama seseorang itu terus berfikir untuk mengubah cara pandangnya terhadap kehidupan, dialah yang layak menyandang gelar manusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami

Sibiren.com lahir dari jalanan, rahim kandung peradaban, tanpa beraffiliasi ke organisasi manapun, Kami berkomitmen menjaga independensi dalam setiap gerakan.

Merawat budaya, Menghidupkan tradisi ilmiah dan Mengutamakan kemanusiaan adalah kunci utama dalam membangun jembatan menuju Peradaban Indonesia yang Futurusitik. Inilah jalan kami ikhtiarkan.  Inilah jembatan kecil yang kami sebut Care For Humanity, Hone Intellectuality, Strengthen Spirituality

Sibiren.com dengan semangat ingin menyuguhkan ide yang beragam dalam Indonesia kita. Solidaritas, Intelektualitas dan Spiritualitas adalah 3 hal utama yang menjadi fokus kita untuk di perkuat di Bumi Nusantara sebagai Ikhtiar menuju Bangsa yang memiliki Peradaban Maju.