Indonesia emas yang digadang-gadang sebagai masa depan cerah bagi Indonesia yang maju sebentar lagi akan tiba. Saat itu, tahun 2045 Indonesia di prediksi mengalami bonus demografi, dimana usia produktif lebih mendominasi dibandingkan usia non produktif.
Komunitas Sibiren bersama Yayasan Satu Ibu Satu Pohon mengadakan kegiatan Workshop dan Membagikan 100 bibit pohon di desa Gunung Jati pada Senin, 25 Juli 2022.
“Jika kelak pada 2045 nanti yang tumbuh justru mereka yang tidak sehat, iq nya rendah, maka kita tak akan menikmati bonus demografi, melainkan bencana demografi” ujar Awaluddin Rao (Koordinator Sibiren) dalam sambutannya.
“Oleh karena itu, ibu-ibu perlu edukasi cegah stunting, dan mengkonsumsi daun kelor guna mencegah itu” tambahnya.
Kegiatan ini berlangsung menggembirakan dan sangat tepat sasaran. Anak-anak bermain di tempat workshop serta ibu-ibu yang hadir juga mereka yang sedang hamil dan punya anak anak kecil, serta masih punya kemungkinan melahirkan lagi.
“Saya sangat mengapresiasi langkah Kawan-kawan Sibiren. Inilah desa Gunung Jati, saya berharap kita bisa berkolaborasi lagi” ucap Pak Rakup dalam sambutannya.
Widy Suryaning Khurin yang diundang sebagai narasumber menekankan pentingnya pencegahan stunting, beliau berkali-kali menekankan kepada Ibu-ibu untuk tidak abai pada gizi dan pola asuh anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun
Usai Workshop komunitas sibiren membagikan 100 bibit pohon daun kelor. Pohon ini dirawat dan harapannya tumbuh serta dikonsumsi untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan anak.
Inilah sibiren, Bayi yang sudah mengadakan kegiatan sosial, bergerak, meskipun kecil tapi ingin berkontribusi bagi negeri.
Pewarta: Nur Muhammad Ikhlasul Amal