MAULID BID’AH! ISLAM SONTOLOYO
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
(Sumber: Liputan6.com)

Oleh: Moch. Yusuf

“Pasir di padang-padang pasir Arabia yang terik dan luas itu, yang beribu-ribu tahun diam dan seakan-akan mati, pasir itu sekonyong-konyong menjadi ledakan mesiu yang meledak, yang kilatan ledakannya menyinari seluruh dunia.” Begitulah ungkapan Thomas Carlyle tentang diri Muhammad. Kata-kata tersebut sangatlah wajar sebagai ungkapan untuk menggambarkan sosok Muhammad yang agung dan besar jasanya.

Mesiu yang begitu dahsyatnya bisa meleburkan musuh yang menentangnya, musuh-musuh yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya. Bahkan bisa dijadikan dinamo kesejahteraan, kedamaian, dan kemajuan suatu bangsa. Begitulah komentar Ir. Sukarno terhadap kata-kata filsuf abad 19 asal Skotlandia tersebut.

Selanjutnya ada Michael H.Hart, ia tidak hanya memberi komentar atau pujian kepada sosok Muhammad. Terlebih dari hal itu sejarawan asal Amerika ini mencatat Muhammad sebagai salah satu tokoh yang berperan penting dalam peradaban dunia. Dalam karyanya yang berjudul, “The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In History” penulis keturunan Yahudi ini menempatkan posisi Muhammad diposisi teratas lalu disusul oleh Isaac Newton di urutan yang kedua.

Kebenaran sejati adalah kebenaran yang membuat tunduk dan diakui oleh pihak musuh. Komentar dari dua tokoh diatas telah membuktikan bahwa apa yang dibawa Muhammad itu tidak hanya omong kosong belaka. Pengaruh ajarannya pun benar-benar terbukti sampai melampaui semenanjung Arab. Dan hal itu sangat luar biasa, karena pengakuan tersebut tidak muncul dari lisan seorang Islam, melainkan dari Thomas Carlyle penganut agama Kristen dan Michael H.Hart yang beragama Yahudi.

Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Ir. Sukarno bahwa mesiu ajaran Muhammad itu tidak hanya meleburkan lawannya. Mesiu ini juga bisa dijadikan sebagai dinamo kesejahteraan, kedamaian, dan kemajuan suatu bangsa.

Kita tahu bahwa Nabi Muhammad sebagai utusan Allah ialah tidak hanya memberi suri tauladan di tubuh umat Islam, juga sebagai rahmatan lil alamin. Menjadi contoh bagi seluruh manusia di dunia ini.

Kita tahu bahwa di kalangan umatnya, Nabi Muhammad tidak hanya menjadi sumber rujukan di satu aspek kehidupan saja, bahkan lebih dari itu. Kita juga sama-sama tahu bahwa sikap Nabi kepada orang lain sangat baik, tidak memandang siapapun itu, tidak memandang ia kaya atau miskin, bangsawan atau rakyat biasa, Islam, Kristen atau Yahudi. Kita juga tahu bahwa Nabi Muhammad sangat toleran terhadap perbedaan pendapat. Itulah fakta yang kita ketahui selama ini.

Lantas, sekarang apa yang bisa kita berikan kepada beliau? Apa pengorbanan kita sebagai umat Nabi Muhammad? Yang menurut Emha Ainun Najib umat Nabi Muhammad adalah umat yang menyusu nilai-nilai yang dibawa oleh nabi Muhammad.

Lalu adakah seseorang yang lebih pantas kita beri apresiasi selain beliau?

Sekarang, di zaman serba modern ini teknologi semakin canggih, seseorang dijunjung tinggi bukan lagi karena prestasinya. Dihormati bukan lagi karena kredibilitasnya. Di bela mati-matian bukan lagi karena ia amanah atau tidak. Semua berbanding balik seakan-akan antara baik dan buruk tidak ada bedanya.

Sungguh memprihatinkan ketika masih ada yang mempersoalkan bahkan membid’ahkan Maulid Nabi. Katanya maulid itu tidak ada dalilnya, maulid itu tidak ada pada zaman Nabi dan itu merupakan perbuatan bid’ah.

Kejadian semacam ini sangatlah miris sekali karena dampaknya bisa mempengaruhi yang lain untuk suka mebid’ahkan perbuatan orang lain.

Jika kita pinjam istilah yang dipakai oleh Ir. Sukarno, maka kita jumpai umat Islam semacam ini yang suka membid’ahkan sebagai Islam sontoloyo. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “Sontoloyo” salah satu maknanya adalah untuk suatu hal yang konyol.

Demikian ini karena mereka terlihat konyol ketika baru mulai perjalanannya belajar agama lantas dengan mudahnya mengklaim hal ini bid’ah hal itu tidak ada dalilnya. Meskipun “Tidak beres dan bodoh” juga termasuk dari arti kata “Sontoloyo”, agaknya kurang etis arti tersebut untuk disematkan kepada mereka. Sebab mereka masih punya semangat untuk beragama.

Apakah pantas mereka disalahkan apalagi dikatakan tidak beres? Kesalahan dalam berproses merupakan suatu yang lumrah, tetapi itu harus cepat disadari sebelum doktrin-doktrin yang ia terima semakin mendarah daging dan membuatnya tak sadar diri. Karena doktrinisasi menurut Sabrang M.D.P, vokalis band Letto, itu ”mancalke sebuah konsep neng bawah sadar sampai dia melakukannya tanpa sadar.”

Sebenarnya untuk mengatakan sesuatu bid’ah atau tidak, perlu diketahui bid’ah sendiri itu apa? Asbabul wurud hadis yang berbicara bid’ah itu bagaimana? Tidak cukup hanya mengetahuinya dengan bermodal terjemahan.

Sekarang logikanya adalah bayangkan anda sudah menjadi ilmuwan dalam suatu bidang. Sebelumnya sudah menjadi kepastian bagi anda untuk melakukan riset yang lama untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Tidak cukup dalam hitungan hari, bahkan bertahun-tahun akhirnya anda bisa mendapatkan kesimpulan itu.

Ternyata tidak lama kemudian muncul orang yang kemarin sore baru mulai perjalanannya dan mengaku dirinya sudah tahu segalanya dalam bidang yang Anda tekuni selama ini. Bagaimana kiranya menurut Anda?

Tidak cukup disitu, selanjutnya apakah memang benar maulid itu bid’ah atau tidak? Kita harus tahu apa dan bagaimana format perayaan maulid itu? Menurut K.H. Afifuddin Muhajir, maulid adalah suatu aktivitas yang pada umumnya terdiri dari pembacaan ayat suci Al-Qur’an, sholawat, sirah nabawiyah, mauidloh hasanah.

Semua aktivitas diatas merupakan perintah Allah dan itu mutlak tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Tetapi memang dalam Al-Qur’an maupun hadis itu tidak ada yang menjelaskan maulid. Karena maulid hanyalah sebagai format atau bungkus untuk melaksanakan perintah tadi.

Meskipun tidak ada dalil yang bicara tentang maulid kita tidak perlu susah-susah mencari dalil untuk membenarkan maulid. Dikhawatirkan natinya akan melakukan penafsiran yang memaksakan dalil tersebut sebagai dasar dibenarkannya maulid, padahal tidak demikian.

Terakhir yang perlu diketahui adalah orang yang berakal pasti tahu dan mengakui bahwa tidak ada alasan untuk tidak berterima kasih kepada orang yang berjasa besar dalam hidupnya, terlebih ia adalah yang dicintainya. Kesimpulannya, apakah maulid itu bid’ah, jika Anda mengakui Nabi Muhammad adalah orang yang berjasa terhadap Anda?

Memang kita tidak bisa untuk berpikiran yang sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami

Sibiren.com lahir dari jalanan, rahim kandung peradaban, tanpa beraffiliasi ke organisasi manapun, Kami berkomitmen menjaga independensi dalam setiap gerakan.

Merawat budaya, Menghidupkan tradisi ilmiah dan Mengutamakan kemanusiaan adalah kunci utama dalam membangun jembatan menuju Peradaban Indonesia yang Futurusitik. Inilah jalan kami ikhtiarkan.  Inilah jembatan kecil yang kami sebut Care For Humanity, Hone Intellectuality, Strengthen Spirituality

Sibiren.com dengan semangat ingin menyuguhkan ide yang beragam dalam Indonesia kita. Solidaritas, Intelektualitas dan Spiritualitas adalah 3 hal utama yang menjadi fokus kita untuk di perkuat di Bumi Nusantara sebagai Ikhtiar menuju Bangsa yang memiliki Peradaban Maju.