Virtualisasi Hadits dan Peran Mahasiswa
Oleh Shafly Arafat Ali Yaafi
Perkembangan zaman menyebabkan berbagai perubahan pada banyak lini kehidupan. Semakin harinya tiap orang makin terbiasa dengan sistem-sistem digital. Hal yang juga menjadikan keseharian tiap orang berubah menjadi hidup dalam dunia yang tidak nyata. Komunikasi yang berpindah haluan tanpa menuai mata ke mata. Pesan-pesan singkat yang marak dengan atau tanpa esensi yang cukup memadai.
Hal ini juga menjadikan whatsapp sebagai salah satu platform media social yang juga menempati salah satu tempat berbicara ria tanpa tahu apa dan mengapa. Begitu pula dengan media mulai dipakai sebagai tempat untuk berdakwah kiai-kiai lokal maupun mancanegara. Banyak kutipan-kutipan dengan doktrin agama yang dirasa agak menyeleweng dari esensi sebenarnya.
Virtualisasi dengan doktrin agama, dengan spesifikasi pembahasan mengenai hadits tidak lepas dari digitalisasi dakwah berkedok virtual. Banyak hadits-hadits yang digunakan untuk media dakwah dengan suguhan catatan kaki yang mungkin berpisah dari keberadaan hadits tersebut.
Lantas bagaimana relevansi hadits di media sosial. Jawabannya hadits adalah jawamil kalim atau pesan singkat yang memiliki makna yang luas. Maka jawabnnya hadits akan relevan dengan sendirinya melewati dorongan biologis untuk berdakwah. Faktornya adalah faktor keagamaan dan faktor pribadi.
Faktor pribadi atau eksistensi kesalehan digital menjadikan hadits sebagai material (al-maktub) atau tertulis (al-ahadits qabla at-tadwiin atau al-ahadits bakda at-tadwiin). Selanjutnya adalah hadits sebagai pesan luhur (al-hadyu), hadits sebagai alat yang tidak hanya tentang mengaji hadits tapi juga mengkajinya. Hadits-hadits yang dipakai adalah hadits-hadits andalan, sebagai media informasi, dan untuk kepentingan.
Di era distrubsi ini memposisikan hadits sebagai alat media atau kepentingan untuk membela ideologi tertentu. Maka peran hadits di era ini adalah menjadi peran mahasiswa untuk mengkaji sanad hadits dan sanad pemahamannya. Maka penting menciptakan daya tanding. “Jika hadits berperan sebagai benda mati dan hidup jika ditafsirkan”.
Maka tugas mahasiswa adalah memunculkan pemahaman yang bias dipertanggung jawabkan. Sebab belum pernah dibahas.
Wallahu ‘alam.