Saat ini sepak bola Indonesia kembali mengalami tregedi paling mengerikan dalam sejarah. Tewasnya 100 orang lebih supporter dari klub sepak bola Indonesia Arema FC membuat luka yang dalam bagi dunia sepak bola Indonesia.
Tragedi ini diawali dengan rasa kekecewaan dari supporter Arema FC yang tim kesayangannya sedang mengalami kekalahan pasca pertandingannya melawan Persebaya FC. (1/10/2022)
Arogansi aparat kepolisian tidak terbendung melihat kericuhan yang terjadi di lapangan, sehingga pihak kepolisian menembakkan gas air mata dan terlihat dalam beberapa video amatir dari penonton juga memukuli pihak supporter.
Akibatnya, Presiden Joko Widodo memerintahkan kepada Menpora dan PSSI untuk menghentikan sementara liga 1. Dan khusus kepada Kapolri, Presiden Joko Widodo memerintahkan untuk melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini.
Hal ini ditanggapi oleh Presidium Nasional Halaqoh BEM Pesantren Se Indonesia, Muhammad Naqib Abdullah.
“Saya turut prihatin atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang ini. Sebagai aparat kepolisian yang sesungguhnya bertugas untuk memberi keamanan dan mengayomi masyarakat malah terkesan arogansi dan menyiksa rakyatnya,” sambung Gus Naqib. (2/10/2022)
Seperti diketahui data sejauh ini, setidaknya ada 174 orang meninggal dan 300 orang terluka pada tragedi Stadion Kanjuruhan tersebut.
“Ketidaktegasnya pimpinan kepolisian Daerah Jawa Timur yakni Irjen Nico Afinta dan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat dalam memberikan arahan dan instruksi kepada aparat yang di bawahnya, saya mendesak kepada Bapak Kapolri untuk mengevaluasi dan mencopot jabatan mereka. Hal ini sebagai wujud pertanggung jawaban pasca tragedi Kanjuruhan ini,” ujar Gus Naqib.
Menurut Gus Naqib, kejadian ini tidak akan terjadi apabila pihak kepolisian tidak melakukan tindakan arogan dan represif terhadap para suporter.
“Saya berharap permasalahan ini segera usai. Keluarga yang ditinggalkan oleh korban semoga diberi ketabahan dan kesabaran. Tidak lupa kepada Bapak Kapolri segera bertindak untuk menuntaskan kasus ini,” tutup Gus Naqib.
Pewarta: Hainor Rahman