ISLAM ITU “AKHLAK”
Share on facebook
Share on twitter
Share on telegram
Share on whatsapp
ilustrasi masjid. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/Naufal MQ

ISLAM ITU “AKHLAK”

Ditulis oleh Dzulfiqar Fauzan Nafis

Ajaran yang paling utama ditekankan dalam Islam adalah hubungan dengan Allah SWT, yakni Sang Pencipta Alam Semesta beserta seluruh isinya dan juga hubungan dengan sesama manusia (Hablumminallah wa Hablumminannas). Hubungan dengan Allah itu sifatnya abstrak, hanya dapat dirasakan oleh setiap individu yang menjalin konektifitas dengan Tuhan.

Kemudian Tuhan sendiri lah yang punya hak prerogatif untuk menerima amal ibadahnya atau tidak. Kita tidak bisa mengintervensi hubungan vertikal individu lain karena kita tidak mengetahui dan merasakan dengan persis bagaimana intimnya hubungan dengan Allah dan kita tidak mengetahui apakah amalnya diterima di sisi Allah atau tidak.

Akan tetapi, hubungan yang kedua adalah hubungan yang lebih konkrit karena dampaknya dapat dirasakan oleh manusia lain secara nyata yakni hubungan baik dan buruk kita dalam relasi sesama manusia. Diterangkan dalam firman Allah :

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

“Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S Al-Ankabuut : 45)

Dari ayat tersebut di atas sangat jelas diterangkan bahwa Shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Artinya, ketika hubungan manusia dengan Tuhannya itu baik, menghayati makna dari yang dilafalkannya mulai dari Takbiratul Ikhram hingga mengucap dua salam, maka seharusnya dari Shalat itu dapat memperbaiki dirinya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik yang dampaknya dirasakan semua makhluk Allah.

Kebenaran Agama itu hendaklah mencakup tiga aspek, yaitu : Logika, Etika dan Estetika. Ketika perbuatan (etika)nya sudah baik (Akhlakul Karimah), maka kehidupannya penuh dengan estetika yang dirasakan keindahan dan ketenangannya. Ketika hidupnya penuh dengan estetika, maka semua makhluk akan mendekat dan nyaman berada di sisinya.

Akibat kerugiannya juga akan kita rasakan sendiri, ketika semua orang sudah tidak nyaman dan menjauh kemudian tidak mengenali kita, ketika kita sedang berada dalam kesulitan yang membutuhkan bantuan orang lain, mereka jadi enggan membantu kita meskipun hati mereka berkehendak untuk memberi bantuan.

Demikian pula, jika manusia mempunyai akhlak yang buruk, hubungan dengan makhluk yang buruk, maka semua orang akan menjauhinya karena rasa takut, ketidak nyamanan dan lain sebagainya. Sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dalam surah berikut :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْن

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal”. (Q.S Ali Imran : 159)

Firman Allah di atas bukan berarti menjelaskan Rasulullah memiliki akhlak yang buruk. Hanya saja Allah mendidik kita melalui Nabi-Nya dari perbuatan sepele saja. Ketika manusia bersikap keras dan berhati kasar tentu secara naluriah orang-orang akan menjauh dari kita. Maka hikmah dari ayat tersebut, kita harus sebisa mungkin mempertahankan perbuatan yang baik agar dapat memberikan kenyamanan terhadap orang-orang di sekeliling kita.

Demikian halnya dengan yang disampaikan dalam Surah berikut :

وَاقْصِدْ فِيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَۗ اِنَّ اَنْكَرَ الْاَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرِ

Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S Lukman : 19)

Makna ayat ini adalah janganlah kamu menyombongkan diri dalam gaya berjalanmu. ‘Atha berkata, maknanya adalah berjalanlah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa. Kemudian perhalus dan rendahkanlah suaramu, dan janganlah kamu mengangkatnya tanpa keperluan, sebab mengangkat suara lebih dari kebutuhannya akan mengganggu orang yang mendengarnya dan janganlah suara dan cara berbicara kita seperti keledai yang pada awal suaranya adalah ringkihan dan akhirnya adalah rengekan; hal ini seperti orang yang mengangkat suara tanpa keperluan, mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati orang lain dan tidak enak didengar selayaknya suara keledai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tentang Kami

Sibiren.com lahir dari jalanan, rahim kandung peradaban, tanpa beraffiliasi ke organisasi manapun, Kami berkomitmen menjaga independensi dalam setiap gerakan.

Merawat budaya, Menghidupkan tradisi ilmiah dan Mengutamakan kemanusiaan adalah kunci utama dalam membangun jembatan menuju Peradaban Indonesia yang Futurusitik. Inilah jalan kami ikhtiarkan.  Inilah jembatan kecil yang kami sebut Care For Humanity, Hone Intellectuality, Strengthen Spirituality

Sibiren.com dengan semangat ingin menyuguhkan ide yang beragam dalam Indonesia kita. Solidaritas, Intelektualitas dan Spiritualitas adalah 3 hal utama yang menjadi fokus kita untuk di perkuat di Bumi Nusantara sebagai Ikhtiar menuju Bangsa yang memiliki Peradaban Maju.